Perbedaan Perhitungan Biaya Persediaan dengan Metode FIFO (First In First Out) dan RATA-RATA

  1. Metode Persediaan FIFO yaitu arus biaya yang keluar (Beban Pokok Penjualan/Harga Pokok Penjualan) merupakan arus biaya yang masuk terlebih dahulu, sehingga biaya yang tercatat pada akun persediaan adalah biaya yang belakangan masuk.
  2. Metode Persediaan Average yaitu arus biaya keluar (Beban Pokok Penjualan/Harga Pokok Penjualan) yang merupakan rata-rata biaya yang terjadi.

(Sumber pengertian Metode Perhitungan Persediaan FIFO dan AVERAGE  : https://staff.blog.ui.ac.id/martani/ (Chapter-09-Persediaan-Barang-Dagangan.ppt)

Metode Perhitungan biaya Persediaan di Accurate Online, ditentukan saat Persiapan Awal setelah pembuatan Data Usaha, yaitu di Langkah Pertama : Informasi Perusahaan, sebagai berikut :

Penentuan Metode Persediaan di Accurate Online

Atau bisa juga dilihat melaluimenu Pengaturan | Preferensi | Fitur pada tab Perusahaan di bagian Metode Biaya Persediaan. Pilihan Metode Biaya Persediaan masih bisa diubah jika belum ada transaksi atas Barang/Jasa di data usaha tersebut.

Informasi Metode Biaya Persediaan

Contoh Transaksi Saldo Awal, Pembelian dan Penjualan Barang A :

Tabel Saldo Awal, Pembelian, & Penjualan

I. METODE FIFO (First In First Out)

Laporannya bisa di akses dari menu Laporan | Daftar Laporan | Persediaan | Rincian Nilai Persediaan  lalu piliih barang yang ingin dilihat nilai Beban Pokok Penjualannya.

METODE FIFO (FIRST IN FIRST OUT)

Keterangan :

1. 10 Jan (Faktur Penjualan)
= Kuantitas 7 dengan HPP/BPP Rp 7.000,- . Nilai tsb, berasal dari saldo awal 31 Des 2016, yaitu kuantitas sebanyak 10 dengan nilai Rp 10.000,-. Sehingga harga per unit barang adalah  Rp 1.000,- (Rp 10.000,-/10) dikalikan dengan kuantitas terjual yaitu sebanyak 7.

Sehingga sisa saldo tersedia setelah penjualan = 1) saldo awal kuantitas 3 dan total nilai Rp 3.000,-, dan 2) faktur pembelian (FP.0001) kuantitas 8 dan total nilai adalah Rp. 17.000,-

2. 22 Jan (Faktur Penjualan)
= Kuantitas 4 dengan HPP/BPP Rp. 5.125,-. Nilai tsb berasal dari saldo awal 31 Des 2016 yaitu kuantitas 3 dengan total nilai Rp 3.000,- (harga perunit adalah Rp 3.000,-/3= Rp 1.000,-).  dan  dikarenakan hanya ada 3 saldo sebelumnya, maka menggunakan saldo tersedia selanjutnya yaitu dari faktur pembelian (FP.0001) dan nilai per unit adalah Rp 2.125,- (Rp 17.000,-/8).  Total HPP/BPP yaitu ((3*Rp 1.000,-) + (1* Rp 2.125,-)) = Rp. 5.125,-.

Sehingga sisa saldo tersedia setelah penjualan = 1) faktur pembelian (FP.0001) kuantitas 7 dengan total nilai adalah Rp 14.875,-.


3.  25 Jan (Faktur Pembelian)
= Kuantitas 10 dengan total nilai pembelian Rp 19.250,- (Nilai per unit adalah Rp 1.925,- (Rp 19.250,-/10))

Sehingga sisa saldo tersedia setelah pembelian  = 1) faktur pembelian (FP.0001) dengan kuantitas 7 dan total nilai adalah Rp 14.875,- dan 2) faktur pembelian (FP.0002) dengan kuantitas 10 dengan total nilai adalah Rp. 19.250,-.

4. 28 Jan (Faktur Penjualan)
= Kuantitas 4 dengan HPP/BPP Rp 8.500,-. Nilai tsb berasal yang masih tersedia dan sesuai dengan urutan masuknya yaitu faktur pembelian FP.0001 yaitu nilai per unit adalah Rp 2.125,- (Rp 14.875,-/7), sehingga 4* Rp 2.125,- = Rp 8.500,-.

Sehingga sisa saldo tersedia setelah penjualan = 1) faktur pembelian (FP.0001) dengan kuantitas 3 dan total nilai adalah Rp 6.375,- dan 2) faktur pembelian (FP.0002) kuantitas 10 dan total nilai adalah Rp 19.250,-

5. 28 Jan (Faktur Penjualan)
= kuantitas 2 dengan HPP/BPP Rp 4.250,-. yang masih tersedia dan sesuai dengan urutan masuknya yaitu faktur pembelian FP.0001 yaitu nilai per unit adalah Rp 2.125,- (Rp 6.375,-/3), sehingga 2* Rp 2.125,- = Rp 4.250,-.

Sehingga sisa saldo tersedia setelah penjualan = 1) faktur pembelian (FP.0001) kuantitas 1 dan total nilai Rp 2.125,- dan 2) faktur pembelian (FP.0002) kuantitas 10 dan total nilai Rp 19.250,-

II. METODE RATA-RATA (AVERAGE)

METODE RATA-RATA

Keterangan :

1.  10 Jan (Faktur Penjualan)
= Kuantitas 7 dengan HPP/BPP Rp 10.500,-. Nilai tsb berasal dari saldo awal 31 Des 2016 dan faktur pembelian (FP.0001) yaitu rata-rata Rp 1.500,- ((Rp 10.000,- + Rp 17.000,-) / (10+8)). 7  * Rp 1.500,- = Rp 10.500,-

Sehingga sisa saldo tersedia setelah penjualan = kuantitas 11 dengan total Rp 16.500,- (rata-rata per unit adalah Rp 1.500,-)

2.  22 Jan (Faktur Penjualan)
= Kuantitas 4 dengan HPP/BPP Rp 6.000,-. Nilai tsb berasal dari saldo tersedia yaitu Rp 16.500,- dengan kuantitas sebanyak 11 (rata-rata per unit adalah Rp 1.500,-) dan 4 * Rp 1.500,- = Rp 6.000,-

Sehingga sisa saldo tersedia setelah penjualan = kuantitas 7 dengan total nilai Rp 10.500,-dan rata-rata per unit adalah Rp 1.500,- (Rp 10.500,-/7).

3. 25 Jan (Faktur Pembelian)
= Kuantitas 10 dengan total Rp 19.250,-

Sehingga saldo tersedia setelah pembelian = kuantitas 17 dengan total nilai Rp 29.750,- dan rata-rata per unit adalah Rp 1.750,- (Rp 29.750,-/17).

4. 28 Jan (Faktur Penjualan)
= Kuantitas 4 dengan HPP/BPP Rp 7.000,- . Nilai tsb berasal dari saldo rata-rata per unit yaitu Rp 29.750,- dengan kuantitas sebanyak 17 (rata-rata per unit adalah Rp 1.750,-) dan 4 * Rp 1.750,- = Rp 7.000,-

Sehingga saldo tersedia setelah penjualan = kuantitas 13 dengan total nilai Rp 22.750,- dan rata-rata per unit adalah Rp 1.750,- (Rp 22.750,-/13)

5. 28 Jan (Faktur Penjualan)
= Kuantitas 2 dengan HPP/BPP Rp 3.500,-. Nilai tsb berasal dari saldo rata-rata yaitu Rp 22.750,- dengan kuantitas sebanyak 13  ( rata-rata per unit adalah Rp 1.750,-) dan 4 * Rp 1.750,- = Rp 7.000,-

sehingga saldo tersedia setelah penjualan =  kuantitas 11 dengan total nilai Rp 19.250,- dan rata-rata per unit adalah Rp 1.750,- (Rp 19.250,-/11)